Aming Coffee

Aming Coffee

Isra' Mi'raj, Pembubaran Pengajian, dan Variasi 'Dakwah' ala Snouck Hurgronje

 Variasi Dakwah ala Snouck Hurgronje 

Pontianak - Terlepas pihak manapun yang berkonflik, saya mencoba berada dalam posisi insaf meski tetap mengandung sedikit subyektifitas, terutama mengenai kejadian pembubaran pengajian akhir-akhir ini. Berikut asumsi sebagian netizen:

  1. Pihak A tuding Pihak B aktif menjaga gereja tapi membubarkan pengajian
  2. Pihak B tuding Pihak A sebagai penyusup, radikal, dan pemecah-belah NKRI.

Untuk menjawab hasil duga-duga diatas, mari kita tarik fenomena 10 tahun kebelakang, dimana Pihak A yang terdiri dari ideolog puritan dan kaum neo-revivalis telah menjalin komunikasi aktif dalam agenda penguasaan Masjid serta Lembaga Pendidikan Formal, terutama di Kota-kota besar. Sementara itu, Pihak B hanya bergerak dalam ruang lingkup di Pondok Pesantren dan konsepsi dakwah tidak terpola apik.

Nah, dimasa-masa inilah Pihak A demikian terlatih berkolaborasi, sedikit meruntuhkan ego golongan, terbukti membuahkan pencapaian, terutama yang saya amati di sekolah-sekolah dan kampus-kampus umum, baik negeri maupun swasta. Sebagai contoh, untuk saat ini, ajaran yang dibawa Pihak B sangat sulit berkembang di lembaga pendidikan tinggi, apalagi memasukkan kurikulum berbasis Tarekat ke program Pendidikan Karakter khusus mahasiswa/i baru, bagai mimpi di siang bolong.  

Persekusi ala soft power seyogyanya telah berlangsung setidaknya satu dasawarsa, bahkan boleh dikatakan kadung dirintis pasca reformasi. Memasuki sistem demokrasi terbuka, Pihak A yang notabene digawangi Ideolog Globalis semakin leluasa memperuncing taringnya.

Kontestasi pemikiran jika dilihat sekarang adalah ekses daripada pertarungan eksistensi dimasa lalu, maka berlakulah hukum sebab-akibat. Kabar baiknya, gejolak pengaruh ide-ide transnasional, umumnya terkait membangkitkan semangat keberagamaan, sedikit banyak menciptakan iklim positif, seperti mengurangi tingkat pergaulan bebas dikalangan pelajar, mereka pun disibukkan dengan program ekstra diluar perkuliahan; i'tikaf, ngaji bareng, tidak berpacaran, sampai praktik salat tahajud berjamaah, yang semuanya merupakan hasil jerih payah Pihak A.

Sumber: Facebook Fadrin

Namun titik kritisnya yaitu, disamping efek ghirah luar biasa tersebut, sejauh pengalaman saya mengikuti pergelutan Pihak A, sangat jarang dibahas isu-isu nasional, khususnya terkait relasi agama dan negara. Jadilah kami lebih konsen terhadap isu-isu Palestina, Suriah, Iraq, Afghanistan, agak terlena disitu sehingga melupakan sejarah berdirinya NKRI. Kalaupun ada disinggung, sudah di-framing oleh mentornya terlebih dahulu.

Bila ditarik benang merahnya, tak mengherankan Pihak A menyapu bersih kader-kader militan yang semakin hari kian terlatih, contoh riilnya sahabat saya sohibul teks, merupakan alumni Fakultas Hukum non-Syariah yang rentan pengkafiran.

Dijelaskan bagaimana dia memaknai Isra' Mi'raj, tak hanya berkenaan peringatan ritual semata. Bagaimana respon orang-orang di lingkungan Rasul SAW pasca mendapati perjalanan beliau dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa?

  1. Meremehkan bahkan menghinakan dan menertawakan
  2. Membenarkan dan membela Rasulullah SAW

Menilik pernyataan lengkapnya dibawah, terkesan membawa logika wah dan berlandaskan keimanan, mari kita telisik lebih dalam.

Pertama, pemilik opini yang saya share ini ialah Sahabat Fadrin, Seorang 'Mualaf' dalam bidang keagamaan asal Kota Singkawang, Kalimantan Barat, mewakili irisan kecil dari Pihak A. 

Kedua, hal tersembunyi dari diksinya ialah melakukan persamaan kabar kemustahilan safarnya Nabi Muhammad SAW menggunakan Buraq dengan perjuangan menegakkan khilafah tahririyah berdasarkan arahan ideolognya yang entah ulama atau bukan.

Dengan demikian, ini dapat dikatakan kecerobohan berpikir, tidak lagi memerhatikan Asbabun Nuzul, disiplin Ulumul Qu'ran, bahkan menerjang sistem baku Hadits Shahih, sebab statement termaksud dapat diartikan: "Khilafah (tahririyah) termasuk ke dalam Bab Rukun Iman". Apakah ini tidak sama dengan Sekte Syiah Imamiyah?

Kemudian dalam beberapa riwayat, Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk mengikuti Ulama dan Dzuriyyat (anak-cucu) beliau. Pertanyaannya:

  1. Mengapa upaya mengobrak-abrik negara demi tujuan Khilafah Tahririyah justru tidak didukung oleh Ulama?
  2. Apakah di Kalimantan Barat terdapat Ulama Mujtahid Mas'alah Pengusung Khilafah Tahririyah dan menguasai berbagai cabang ilmu keagamaan?
  3. Mengapa tak satupun Dzurriyat Baginda SAW mengamini usaha kaum Neo-Mu'tazilah tersebut?

Persoalan inilah yang kemudian menghinggapi Pihak A, sehingga senantiasa dicurigai Pihak B, padahal sejatinya pemahaman sempit itu sama sekali tidak mewakili pihak A secara general, akan tetapi, dalam propaganda, mereka lazim diketahui piawai menunggangi apalagi mengemas sebuah fragmen yang berbekas kebencian. Kita sebut saja lapisan tipis ini dengan nama OZON.

Merujuk data di lapangan, berdasarkan laporan bahkan saya pernah terlibat didalamnya:

  1. OZON sowan ke Kementerian Agama di salahsatu daerah, menawarkan program, lalu foto bersama. Kemudian hasilnya di-framing dengan judul, "Pejabat Kemenag Dukung Syariah dan Khilafah".
  2. Saya pernah ditugasi mengisi Muktamar Khilafah kurang lebih 10 tahun silam di Kota Pontianak, mendatangkan 1000 peserta dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk Pondok Pesantren. Dengan mengambil angel pengibaran bendera Al-Liwa versi OZON, dibuatlah publikasi berjudul, "Ribuan Warga Kalbar Komitmen Tegakkan Syariah dan Khilafah".

Padahal realita sesungguhnya hanyalah sikap penerimaan Pengurus Instansi Kementerian Agama setempat terhadap siapapun warga negara yang ingin menyampaikan aspirasi. Selanjutnya diacara muktamar, tamu undangan sebatas menghadiri kegiatan, apalagi karena difasilitasi sama Elit-elit OZON dan iuran member kelompok, bukan berarti mendukung penuh setiap yang disampaikan.

Dan memang, untuk saat ini mereka enggan muncul ke permukaan sebab telah dibubarkan melalui PERPPU Tahun 2017. Oleh karena itu, proses pelacakan jadi terasa sumir, sebab OZON bisa menyaru ke berbagai lembaga pendidikan, lembaga kemanusiaan, lembaga amal, sampai terlibat aktif dalam Event Organizer yang sayangnya berada di Pihak A. Alhasil Asatiz terkenal akhirnya terkena dampak.

Solusi?

Kedua Pihak mesti duduk bersama, se-perkopian membuat mapping, pendataan, sehingga kedepan tak lagi memunculkan syak-prasangka satu sama lain.

Adalah kecil memandang ini laksana perbedaan kecenderungan jagoan Pilpres, lebih dari itu, dimana berbagai hajat imprealisme lintas ideologi berkedok agama begitu massif membuat perpecahan. Kita menghadapi era Snouck Hurgronje dengan variasi spesifik.

Posting Komentar

0 Komentar