Aming Coffee

Aming Coffee

Dibalik Retorika Felix Siauw yang membuat Silau, Menyihir dan Berbahaya


Felix Siauw, Motivator HTI yang digemari Kaum Millenial

Pontianak -  Saat diamanahi mengisi materi bahaya radikalisme, saya sedianya mau membuat semacam simulasi dengan menampilkan trailer film propaganda semisal "Jejak Khilafah di Nusantara" dan atau "Proses Baiat Ribuan Mahasiswa kepada Atha Abu Rasytah". Selanjutnya melakukan pengujian apakah sekiranya anak muda-mudi memiliki ketertarikan alias memaparkan diri?

Karena kesempatan itu belum terwujud, kedepan akan kita coba praktekkan. 

Pada dasarnya, jangankan kita sebagai mad'u (objek dakwah), Si Penyeru (da'i) pengusung khilafah tahririyah pun tentu tak akan merasa jika apa yang diperjuangkan justru bukan Islam Rahmatan Lil Al-Amin, malah realitanya "Rahmatan Lil Hizbiyyin", seperti salah seorang Muallaf yang viral di jagat maya, dan saya sempat menjadi diantara pembawa acara training motivasi "Life is Choice" bersama Tim di Gedung Teater IAIN Pontianak tahun 2009 silam. Disambut antusias peserta bahkan sampai membludak.

Singkat cerita, saya terus memantau, mengamati perkembangan Kang Felix, tak lupa pula membaca sebagian Bukunya: "Beyond the Inspiration", "Muhammad Al Fatih 1453", dan "How to Master Your Habits". Kesannya, betapa progresif pemikiran dia, berbekal banyak referensi, alurtulisnya pun sistematis, terutama saat membahas Dinasti Ottoman. Membuat diri yang notabene telah muslim sejak lahir merasa malu.

Kendati begitu, dibalik retorika Felix Siauw yang tampak silau, saya memutuskan berhati-hati ketika menyaring ungkapan-ungkapannya terkait ilmu pengetahuan keislaman. Agak dark, sehingga 'memaksa' saya untuk mencari second opinion dan beristifadah kepada Guru yang otoritatif.

Sebagai contoh, dalam sebuah kesempatan mengisi ceramah, Aktivis HTI senior tersebut menyampaikan tentang tiga sosok Nabi Pembawa Risalah Samawi, yaitu Nabi Musa A.S., Nabi Isa A.S., dan Nabi Muhammad SAW. Dijelaskan dia, bahwa Kedua Utusan sebelum ditutup oleh Rasul 'Al-Amiin', hanyalah bertugas teruntuk Kaum, Bangsanya saja; Bani Israel, dengan batas-batas teritori lokal, sementara Baginda SAW, ajaran beliau berlaku hingga seluruh alam tanpa memandang sekat ras, suku, bangsa, bahkan negara.

Ada yang janggal dari pernyataan diatas? mari kita ulas perlahan 🙏

1. Perumpamaan yang dibuat Felix Siauw mengandung tendensi menyerang konsep nation state yang berlaku di seluruh negara Islam mengatasnamakan Rasulullah SAW.

2. Kalau ditinjau aspek pemahaman kulit luar, tidak masalah sama sekali. Namun jika digali literasi lebih mendalam, baik Nabi Musa A.S., maupun Nabi Isa A.S., keduanya sama-sama bersifat global (kecuali yang tergolong syar'u man qoblana), apalagi Nabi Muhammad SAW.

3. Artinya, risalah Kenabian secara keseluruhan tetap relevan, apapun kondisi suatu wilayah, apakah dengan khilafah, demokrasi, kerajaan, atau andaipun di tempat yang tak punya sistem kekuasaan sama sekali.

Maka itu, saya mengimbau adik-adik pelajar dan mahasiswa, darimanapun asalnya, hendaknya mewaspadai upaya perekrutan untuk menerima pemahaman negatif yang berlindung dibelakang nama Islam serta tokoh-tokoh viral hasil algoritma barat. Cukup kembali kepada Guru, Ulama terdahulu meski tanpa gelar, walau tidak terkenal. 

Tidak mengapa ketimbang membawa kita kepada dogma-dogma pinggir jurang tanpa tanggung jawab penuh dunia-akhirat. (Dn)

Posting Komentar

0 Komentar