Sambas - Peringatan Milad Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (Man IC) Sambas di Jl. Lingkar Saing Rambi, dengan tema "Gemilang MANISCA: Semangat Juang Pemuda, Masa Depan Negara" sebagai upaya mencetak pelajar se-Kalimantan Barat menjadi generasi bangsa yang berintelektual tinggi dan berkarakter Qur'ani.
Berlangsung kurang lebih 6 hari, dimulai Senin (2/10) dan ditutup Sabtu malam kemarin (7/10), antusiasme peserta terekam jelas dalam mengikuti aneka kegiatan, seperti pertandingan eksternal yang terdiri dari 16 cabang, yakni SMP/MTS terdapat sepuluh cabang lomba tingkat Provinsi, antara lain lomba MIPA dan IPS, Fahmil Qur'an, Syarhil Qur'an, Tilawah, Tahfidz Qur'an, Speeling Bee, Berbalas Pantun, Roket Air, Tari Kreasi Tradisional, Gerak Jalan Pramuka dan Badminton Ganda Putra dan Putri.
Adapun 4 cabang khusus SMA/MA/SMK untuk SingBeBas (Singkawang, Bengkayang dan Sambas) yaitu Syarhil Qur'an, Tilawah, Fahmil Qur'an dan Singing Star MANISCA. Sedangkan kategori umum terdapat 2 cabang lomba, yaitu Zikir Maulid (SingBeBas) dan Festival Bonsai (Kalimantan Barat).
Menariknya, Zikir Maulid menjadi cabang lomba perdana yang bertujuan menetralisir sebagian kecil paham radikal yang berkembang dewasa ini. Berbekal literasi terbatas, kemudian begitu mudah mengobral kata bid'ah, syirik, bahkan kafir terhadap entitas yang berbeda paham dengan gerakan impor hasil perselingkuhan Muhammad bin Abdul Wahab, Bani Saud, dan Lawrence of Arabia yang berasal dari Inggris.
"Melalui ajang Zikir Maulid, diharapkan mampu mengembalikan ingatan dan peninggalan sejarah kepada kaum muda sehingga menjadi pemuda cinta budaya dan adat-istiadat bersanding hukum syara', khususnya bagi peserta didik", ungkap Kepala Madrasah Man IC, Mursidin S.Ag, M.Ag.
Lanjut Penggerak Senior IKA-PMII, berawal keresahan masyarakat, tokoh-tokoh sepuh melihat kaum puritanisme ekstrem-cenderung menyerang dan minimal menyalahkan amaliyah Ahlussunnah Wal Jama'ah, sehingga akhirnya diringkas beberapa poin penting dalam merespon fenomena ini:
- Pengayaan corak keberagamaan dan kebangsaan merupakan indikator dalam menyurvei kelompok yang terpapar.
- Mendata besar peminat, khususnya GenZ di 3 lokasi rawan terkontaminasi kajian intoleran, seperti Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, dan Kabupaten Sambas.
Tambahan informasi, kendati riak resistensi salafi-wahabi cukup kentara, disisi lain gairah berpartisipasi dalam gawai lantunan syair kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW tak kalah menyeruak. Tercatat sedikitnya 30 peserta masing-masing mewakili SingBeBas turut memberikan penampilan terbaik mereka, setelah sebelumnya kuota tersedia 50 peserta, namun berbatas durasi waktu.
"Alhamdulillah ternyata masih banyak anak remaja sadar terhadap kebudayaan Islam di nusantara, tak terkecuali Sambas yang bergelar Kota Serambi Mekah. Kedepan berbagai lomba zikir seperti maulid, nazam, dijanjikan akan lebih inovatif lagi, tentunya selain ikhtiar deteksi dini aliran-aliran purifikatif, juga dalam rangka memfasilitasi dan mendukung insanak (saudara) yang masih istiqomah menegakkan Islam Washatiyah, artinya tidak menunjam keras ke-kiri, serta tidak pula terlalu kaku ke-kanan", pungkas Pimpinan madrasah asal Kecamatan Jawai. (Mel)
Pewarta: Amelina
Editor: Redaksi
Foto: Perpusdes Insan Madani
0 Komentar