Aming Coffee

Aming Coffee

Densus 88 AT Kalbar: Perang Modern Identik Pertarungan Informasi, Target Utama Gen-Z

Katim Densus 88 AT Polri Satgaswil Kalbar berikan pengarahan terkait
bahaya perang digital kepada Siswa-siswi MAN IC Sambas (11/10/23)

Sambas - Pelatihan Literasi Digital bagi Gen-Z bertempat di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MANISCA) Sambas berlangsung khidmat, Rabu (11/10). Agenda ini utamanya adalah memberikan pengarahan kepada siswa-siswi terkait fenomena intoleransi, radikalisme, terorisme, yang berpotensi memengaruhi mereka, jika tak ditanggulangi sejak dini.

Secara khusus hadir sebagai Pembicara, seperti Didi Darmadi, M.Pd, M. Lett, IPDA Aryo Mustaqim, S.H. (Katim Densus 88 AT Satgaswil Kalbar), Rosnazizi, S.IP, (Eks. Napiter),  IPTU Irsal Latif, S.H, (Perwakilan Densus 88 Mabes Polri),  Ahmad Fauzi, M.Pd, (Direktur Cyber Borneo Nusantara), dan Rony Ramadhan Putra, M.E, (Penyintas HTI) tahun 2007-2013. Kegiatan yang berlangsung selama 2 hari, dibuka oleh Kepala Kementerian Agama Kabupaten Sambas, H. Mahmud Jayadi, S.Ag, diikuti sebanyak 350 peserta kelas X dan XI.

"Pendidikan sejatinya memerdekakan kita dari penjajahan kebodohan, artinya mampu membuat kita berpikir luwes, cerdas berliterasi. Gus Dur merupakan contoh terbaik yang berhasil mempelajari berbagai genre buku, sehingga membuat wawasan dan pergaulan intelektualnya begitu luar biasa", ungkap Mahmud.

Selain itu, pentingnya Gen-Z mengetahui pemahaman-pemahaman ekstrem dalam beragama hingga  memberontak negaranya sendiri, Aryo Mustaqim, menjelaskan fenomena banyaknya korban radikalisme, diawali mengakses konten-konten intoleran, misalnya bacaan-bacaan, ceramah keagamaan bermuatan sunnah-bid'ah, halal-haram, sampai iman-kafir. 

"Jika pesan-pesan spiritual ini disampaikan dengan diksi provokatif alias bukan ahlinya, maka besar kemungkinan aktor dibelakangnya ialah kelompok teror, dan fakta membuktikan, beberapa teroris yang saya tangkap ialah mereka sangat gencar membid'ahkan amaliyah Ulama Ahlussunnah wal Jamaah (Tahlilan, Yasinan, Maulidan). Pemikiran dasar mereka dibawa oleh gerakan impor bernama Salafi-Wahabi", tukasnya. 

Lanjut Aryo, dalam perang modern, target negara penjajah bukan lagi melihat seberapa luas suatu wilayah ditaklukkan, seberapa bangunan berhasil dihancurkan, dan berapa jumlah korban berjatuhan, akan tetapi ukurannya adalah angka kerusakan pemikiran generasi muda yang tidak lagi memiliki semangat nasionalisme, cinta tanah air, dan spirit bela negara. 

"Rusaknya moral melalui berbagai aplikasi judi, transaksi narkoba, miras, seks bebas, termasuk radikalisme, target utama mereka tak lain Gen-Z, sebab kalian merupakan calon pemimpin bangsa yang menentukan maju atau tidaknya Indonesia dimasa mendatang. Pintu masuk termudahnya melalui jejaring digital", Aryo mengakhiri (Mel).



Editor : Tim Redaksi

Posting Komentar

0 Komentar