Kekayaan alam dan keberagaman etnis menjadi corak kebhinekaan didalam NKRI.
Seminar Kebangsaan dengan tema “Merawat Indonesia di Tengah Keragaman”. Kegiatan yang diusung bidang kesiswaan pada Sabtu (2/9/23) lalu, bergiat menguatkan literasi terkhusus para siswa-siswi di MAN2 Pontianak. Turut hadir Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat yang diwakili oleh H. Kaharudin selaku Kepala Bagian TU Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat, H. Mi’rad (Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pontianak), Rony Ramadhan Putra (tim CBN /Cyber Borneo Nusantara) dan H. Edi Setiawan (Kepala MAN 2 Pontianak).
Datangnya tamu yang berkompetensi intens dalam memberikan sumbangsih pemikiran guna menepis paham kelompok ekstrimis dikalangan pelajar. Memupuk sikap kecintaan pada tanah air dengan menerapkan toleransi sepenuh hati. Sebab, Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam bahasa, agama, suku dan budaya belum lagi ditambah kekayaan hayati semakin memantapkan kuantitas ke-Indonesian. Seperti ujaran kaharudin dalam memotivasi pelajar saat pertemuan.
"Kekayaan alam, amannya kehidupan meskipun beragam suku, agama dan bahasa. Namun semuanya diikat dengan rasa Indonesia. Siswa dan madrasah itu sendiri memberikan sumbangsih yang besar untuk negeri ini. Banyaknya prestasi siswa madrasah menunjukkan bahwa madrasah saat ini menjadi pilar kemajuan bangsa bahkan sejak dulu. Kita tidak tahu diantara kalian ada yang nantinya sebagai pejabat negeri ini. Siapkan diri kalian dengan skill dan kompetensi unggulan". Ungkapnya.
Namun, dalam keberagaman tentunya banyak pengaruh dan propaganda yang notabene dicontek dari luar dan dipaksa masuk kedalam sistem kehidupan di Indonesia hingga mengakibatkan sikap intoleransi-radikalisme-ekstremisme hingga terorisme. Hal ini banyak pelajar yang terpapar sehingga perlu dari sejak dini simulasi dalam memperkenalkan dampak serta bahaya aksi revolusioner.
“Siswa harus mengenali bahaya radikalis- ekstrimis sehingga sejak awal dapat menghindari dengan mempelajari apa saja yang menjadi proses perekrutan dan pembelajaran mereka”. Tegas penyintas kerap disapa Dani.
Oleh sebab itu, urgensi literasi dalam mengenali dan memperdalam pengetahuan terkait tindakan fanatisme harus disebarkan baik melalui media online ataupun offline. Perlunya kesadaran para pelajar terutama di Kalbar selalu giat berkolaborasi seperti turut andil dalam memanfaatkan media massa dan IT dalam memberantas pemahaman radikal.
Penulis : Amelina
Editor : Tim Redaksi
0 Komentar