Kubu Raya - Aktivitas PT. Bumi Pratama Khatulistiwa yang terletak di kawasan Parit Tengah Baru, Desa Sungai Malaya, diduga memicu polusi debu yang mengancam kesehatan warga. Pembalakan hutan kemudian diubah menjadi perkebunan sawit dinilai tidak beriringan dengan kelayakan pembangunan infrastruktur jalan. Alih-alih memberikan bantuan sebagai bentuk pertanggungjawaban, salah seorang tokoh masyarakat setempat mengeluhkan tidak ada itikad baik, bahkan pihak pemangku kepentingan nyaris tidak memberikan reaksi sama sekali dalam menangani persoalan ini.
"Saya tidak habis pikir, bagaimana mungkin para stakeholder dalam hal ini pemerintah sebagai pemegang kebijakan tidak bisa menyelamatkan generasi bangsa dari pencemaran udara, terlebih polusi debu di area PT. Bumi Pratama Khatulistiwa yang memengaruhi buruknya kawasan tinggal kami. Seakan pejabat pemerintah tidak terketuk hati menolong warganya," lirih M. Sada'i.
Kiyai Muda itu pun melanjutkan, siswa sekolah juga terkena imbasnya. Seragam putih mereka berubah cokelat dipenuhi debu, menyusul bencana 'rutin' kabut asap melengkapi penderitaan.
Saat ini, berdasarkan pantauan Tim Halo Pontianak, pihak sekolah dikabarkan mulai mencari donatur masker untuk melindungi anak didiknya. Tambah naas, kotornya lingkungan penduduk Sungai Malaya disebabkan ekspansi hutan secara brutal mengalami pembiaran selama 25 tahun!
"Tanpa upaya penyelesaian konkret, semata hanya mengeruk keuntungan dan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, tidak pernah digubris", cetusnya. (Aml)
*Hingga berita ini diterbitkan, penulis berusaha mengonfirmasi pihak PT. Bima Pratama Khatulistiwa, guna kepentingan keberimbangan informasi. |
0 Komentar