Robiansyah (BWA=HTI) bersama Kepala Kemenag Kalbar; Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd.I & Kabid. Penais ZAWA; H. Rohadi, S.Ag., M.Si. |
Pontianak - Meski telah enam tahun silam dibubarkan, ormas terlarang HTI tak kehilangan akal menghalalkan berbagai macam cara demi memuluskan Proyek Khilafah Tahririyah-nya. 'Korban' berikutnya tak lain tak bukan ialah lembaga yang mereka kafirkan; institusi pemerintahan. Kementerian Agama di Provinsi Kalimantan Barat pun jadi sasaran 'tembak'. Mengapa tak terlacak? sebab lantaran Para Eks. HTI menggunakan nama lembaga tameng.
Dilansir fanspage resmi kedinasan, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat, Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd.I., menyambut kunjungan dan silahturahmi Badan Wakaf Al-Qur'an Provinsi Kalimantan Barat yang diwakili oleh Robiansyah, Branch Manajer BWA Wilayah Pontianak, Kalimantan Barat. Kunjungan silahturahmi ini bertujuan menyinergikan program kerja Badan Wakaf Al-Qur'an dan Kantor Wilayah Kementerian Agama dalam rangka pembinaan dan umat di wilayah Provinsi Kalimantan Barat.
Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd.I selaku Ka.Kanwil Kemenag Kalbar, didampingi Kabid Penais Zawa H.Rohadi, S.Ag.,M.Si menyambut baik serta mendukung penuh kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Wakaf Al-Qur'an. Diharapkan agar Al-Qur'an terdistribusi merata ke seluruh lapisan masyarakat.
"Kami menyambut baik dan mendukung apa yang telah dilakukan oleh teman-teman dari BWA Provinsi Kalimantan Barat. Hal yang terpenting juga selain kegiatan bimbingan untuk membaca dan mengkaji Al-Qur'an, yakni pemerataan distribusi Al-Qur'an ke daerah-daerah yang berada jauh dari perkotaan. Karena kegiatan membaca dan mengkaji Al-Qur'an tentunya harus memiliki Al-Qur'an yang layak dan dapat dibaca dengan jelas. Hadirnya Badan Wakaf Al-Qur'an dan sinerginya bersama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama diharapkan distribusi Al-Qur'an agar sampai ke tempat-tempat terpencil sekalipun", jelasnya.
Secara positif, langkah mencerdaskan masyarakat melalui pengedaran Kitab Suci Al-Qur'an disatu sisi perlu diapresiasi, namun jadi dilematis ketika menggali ke dalam doktrin yang dicemarkan Pemimpinnya apakah sesuai dengan semangat Islam dan spirit Al-Qur'an itu sendiri?
Bersamaan ini, Penulis mengutip isi dari Kitab yang dikaji oleh sebagian Aktivis BWA, ditulis oleh Pendiri Hizbut Tahrir, Taqiyuddin An-Nabhani dalam Kitab Nidzamul Islam Bab Qiyadah Fikriyah:
"Adapun alasan mengapa perlu mendirikan khilafah Islamiyah karena semua negeri kaum muslimin dewasa ini, tanpa kecuali, adalah termasuk kategori Darul Kufur, sekalipun penduduknya kaum muslimin."
Artinya, menurut mereka Indonesia merupakan Negeri Kufur sehingga wajib 'diperangi' secara pemikiran, sedangkan Darul Islam ialah daerah yang menerapkan sistem hukum Islam seluruh aspek kehidupan, termasuk urusan pemerintahan, dan keamanannya berada di tangan kaum muslimin, sekalipun mayoritas penduduknya bukan muslim.
Penjelasan lanjutan, Darul Kufur disebut juga daerah yang -menurut Hizbut Tahrir-menerapkan sistem hukum kufur pada seluruh aspek kehidupan, atau keamanannya bukan di tangan kaum muslim, sekalipun seluruh penduduknya adalah muslim.
Beralaskan uraian diatas, maka Penulis cukup terhenyak saat Kaum Radikalis malah menempel ke Pemerintahan, padahal ideologi dasar mereka tak mengizinkan untuk itu. Maka perlu kiranya kita membuka data apa dan siapa sebenarnya dibalik Propagandis BWA:
Seperti diketahui, BWA merupakan salahsatu Lembaga wakaf yang didirikan oleh Heru Binawan, tahun 2005. Idealnya, BWA memiliki visi-misi yang sangat mulia, yakni menjadikan Wakaf sebagai gaya hidup Muslim serta menjadi Lembaga filantropi wakaf profesional, yang terdepan dan syar’i (bwa.id).
HTI bermanuver dibawah tanah dan jejaknya kian sulit dideteksi. Heru Binawan, tidak hanya sebagai Founder BWA, namun menjadi bagian penting dan masuk ke jajaran mantan petinggi HTI.
Dimasa lalu, Heru tergolong provokator ulung yang berusaha mati-matian untuk membela tegaknya khilafah di Indonesia. Ia secara tegas menentang pemerintah resmi agar negara Islam bisa berdiri di Indonesia. Pemikiran dan perjuangannya, menimbulkan pertanyaan besar sampai hari ini, mungkinkah Heru benar-benar membuang cita-citanya untuk menegakkan khilafah setelah HTI dibekukan? Nyatanya tidak!
Tahun 2021, sempat ramai fenomena HTI menyusup ke TNI-Polri. Hal ini ditengarai akibat pengaruh Heru Binawan. Ia berperan sebagai Pendiri BWA ke markas Pasmar di Sorong, diduga kuat menjalin kontak-kontak rahasia, ilegal dan non-formal dengan TNI-Polri melalui pendekatan keagamaan (harakatuna.com)
sumber:
Kembali mengambil sumber fanspage resmi, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat sedianya memiliki program bagi ASN di lingkungannya, membaca dan mengkaji Kitab yang sesuai dengan agamanya masing-masing selama 10-20 menit setiap harinya, guna meningkatkan mutu dan integritas para ASN baik sisi Agamais dan kinerja serta loyalitasnya. Namun, untuk menggandeng BWA-hemat penulis-ada baiknya jika Pejabat maupun Stakeholder terkait melakukan peninjauan ulang, sebab ketika tidak merasa butuh, mereka abaikan Kementerian Agama dan mencoba mendistribusikan Al-Qur'an secara mandiri. Hasilnya: kesalahan cetak fatal yang akhirnya terdeteksi oleh lembaga tashih Al Qur'an Kementerian Agama Pusat.
Setelah pemeriksaan dilakukan terhadap mushaf yang diedarkan BWA, ditemukan kesalahan amat krusial, dimana terdapat ayat nomor 8 dalam Surah Al-Kahfi tertulis : "lajaahiluuna", semestinya, "laja'iluuna". Adapun proses cetak diamanahkan kepada Penerbit Mulia Abadi Bekasi tanpa melalui proses pentashihan di LPMQ.
Kasus ini sejatinya telah viral bulan April kemarin, namun mencuat kembali. Menurut kutipan wawancara channelmuslim, pihak penerbit mengaku khilaf dan sama sekali tidak berniat sengaja melakukannya, kendati pihak penyebarnya, www.bwa.id, klarifikasi pun dibuat seadanya dan tidak terlalu diblow-up.
sumber:
Oleh karena itu, penting bagi setiap pihak terkait untuk mewaspadai gerak-gerik ekstrimisme yang memanfaatkan simbol-simbol kesucian Firman Tuhan. Mengapa mesti berhati-hati?
Sejauh pengalaman Penulis saat terpapar kelompok ini, setiap wadah yang mereka bentuk akan dijadikan momentum merekrut kader-kader baru, dicetak melanjutkan program radikalisasi mengatasnamakan Islam dan membonsai istilah Khilafah. Targetnya diperkirakan, dari jejaring yang mereka bantu salurkan Al-Qur'an, mereka akan memasukkan program 'pembinaan' lanjutan, sebagian kecilnya sebagaimana penulis sampaikan: berpotensi pada tahap mengkafirkan NKRI.
Penulis : Danyputra
Editor : Redaksi
Foto : Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat
0 Komentar