Aming Coffee

Aming Coffee

Seminar Nasional Hybrid UNTAN, Kupas Tuntas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim melalui Kebijakan Publik


Rektor UNTAN Pontianak bersama Ketua Panitia, Narasumber,
dan Ketua Yayasan Perspektif Baru

Pontianak - Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) dan Civitas Akademika Universitas Tanjungpura Pontianak sukses menggelar Seminar Internasional bertajuk, "Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim melalui Kebijakan Publik". Dibuka oleh Dr. Denis Suarsana, Representative of KAS Office in Indonesia and Timor Leste, kemudian Rektor Universitas Tanjungpura, Prof. Dr. H. Garuda Wiko, S.H., M.Si; dan Dr. Elyta. M.Si, Ketua Panitia (Dosen FISIP Universitas Tanjungpura) di Gedung Ruang Rektorat Lantai III, Senin, (22/05). Kegiatan ini menghadirkan para ahli dibidangnya, yaitu Usep Setiawan (Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden), Chalid Muhammad (Ketua Institut Hijau Indonesia), dan Fuzy Firda Zhan (Dosen FISIP, Universitas Tanjungpura).

Agus Salim, Plt Direktur Jenderal Adaptasi dan Perubahan Iklim, Keynote Speaker, mewakili Ir. Laksmi Dhewanthi, M.A., Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), mengatakan bahwa Pentingnya Menjaga Lingkungan & Ketahanan Iklim, dengan menjaga pengendalian perubahan iklim, sebab terdapat sekitar 2024 desa yang perlu mendapat perhatian khusus dari Presiden Joko Widodo terkait mitigasi lingkungan hutan di tempat tinggalnya. 

Dimoderatori oleh Hayat Mansur, Ketua Yayasan Perspektif Baru, diikuti oleh peserta baik mahasiswa maupun umum, mulai pukul 08.30 - 12.00 WIB. Berdasarkan hasil input data, audiens yang hadir langsung sebanyak 213 orang, sedangkan partisipan online 300 orang.

Tampil menutup acara, Dr. Herlan, M.Si menyampaikan pesan penting khususnya untuk para pemuda agar senantiasa menumbuhkan komitmen menjaga, mengawal, dan merawat lingkungan sekitar, demi kelangsungan hidup bersama.

"Pemuda mesti ambil peran dalam memelihara kebersihan lingkungan dan iklim dimanapun berada, supaya bumi tetap lestari!", tegas Dekan FISIP UNTAN tersebut.
 
Seperti diketahui, luas Kota Pontianak mencakup 0,07 persen wilayah Kalimantan Barat. Itu artinya lahan Ibukota sangat terbatas, seiring terjadinya pemanasan global. Hari Bumi 22 April lalu dijadikan momentum Pemerintah Provinsi, dibantu Walikota Edi Rusdi Kamtono, melakukan penanaman 250 batang pohon, yang terdiri dari tiga jenis varian, seperti pohon mangga, pohon matoa, dan pohon pucuk merah. Selanjutnya, untuk proses maintenance diserahkan kepada kaum penerus bangsa, tak terkecuali mahasiswa UNTAN. Harapannya, langkah kecil ini mampu berkontribusi menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Khatulistiwa, yang posisinya berada diangka 36 persen per tahun 2022 (lkh.kalbarprov.go.id). 

 
Penulis: Widia Permatasari

Editor : Danyputra

Foto: Tim Media FISIP UNTAN
 

Posting Komentar

0 Komentar