Aming Coffee

Aming Coffee

Kabar Baik untuk Indonesia, Teknologi Hazton Tingkatkan Hasil Panen Padi

sumber foto : genksi.com

Indonesia sebagai negeri kaya akan lahan hijau, dituntut untuk mandiri secara pangan. Kabar Baik untuk Indonesia, kini telah dikembangkan Teknologi Hazton untuk memaksimalkan produksi salah satu tanaman pangan pokok, yakni padi. Apa itu Hazton?
 
Hazton merupakan teknologi budidaya padi yang menggunakan bibit tua usia 25-30 hari setelah disemai. Jumlah bibit antara 20-30/lubang tanam. Teknologi ini diinisiasi oleh Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Barat, Hazairin.
 
Hazairin menemukan teknologi pertanian yang baru dan terbukti membuahkan hasil di sejumlah area pertanian di Kalimantan Barat, seperti Kabupaten Mempawah, Sambas, Kubu Raya dan Kayong Utara.

"Dari semula hasil tanam padi hanya 1-2 ton saja per hektare, dengan Teknologi Hazton, panen meningkat jadi 5-10 ton per hektar," ungkap Hazairin. 

Inovasi daerah ini disambut baik oleh Presiden RI Joko Widodo saat melakukan kunjungan ke Desa Ngarak, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat 20 januari 2016 lalu. Presiden berharap metode tanam baru ini dapat terus dikembangkan hingga ke seluruh tanah air.

Salah satu contoh rill keberhasilan hazton ini terdapat di Desa Peniraman, Kabupaten Mempawah. Dari hasil panen rata-rata sebelumnya hanya 3,38 ton/ha kini meningkat tiga kali lipat menjadi 10,42 ton/ha. Lahan uji coba  yang seluas 25 hektar pun, kini berkembang menjadi 200 hektar.

Sementara itu, dari hasil kunjungannya ke beberapa lokasi pertanian, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat, Dwi Suslamanto, menyampaikan bahwa Teknologi Hazton telah direkomendasikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalimantan Barat sebagai salah satu upaya nyata dalam menekan tingkat inflasi khususnya sektor pangan.

"Awalnya banyak petani yang enggan mengaplikasikan Teknologi Hazton ini. Namun setelah melihat banyaknya contoh sukses, metode ini mulai dikenal secara nasional dan bahkan banyak daerah lain yang ikut mengaplikasikan," kata Dwi.

Hal ini dibenarkan oleh Ketua Gapoktan Nekad Maju Desa Peniraman, Rokib. Dirinya menceritakan bertambahnya pendapatan para petani. Penghasilan bruto dari cara tanam tradisional sebelumnya, hanya meraup keuntungan kotor 3-5 juta per hektar. Setelah menggunakan Metode Hazton, omset mereka terdongkrak jadi 10-30 juta per hektarnya.

"Awalnya petani di sini ragu dengan metode tanam yang ditawarkan Pak Hazairin. Namun saya memberanikan diri mencobanya, dan alhamdulillah berhasil, kemudian satu-persatu petani di Peniraman ini ikut menerapkan Teknologi Hazton ini," terang Rokib.
 
Dijelaskan Hazairin, Teknologi pertanian baru ini memiliki beberapa keunggulan. Selain produksi panen tinggi, cara tanam yang mudah, bibit lebih tahan terhadap hama keong mas dan orong-orong. Disamping itu umur panen juga lebih cepat, dan resiko beras pecah tergolong rendah. Metode ini coba diterapkan di 24 propinsi di seluruh Indonesia.

“Kami berharap, penerapan Hazton pada 24 provinsi di Indonesia juga bisa mendapatkan hasil yang lebih baik, sehingga bisa mendukung ketahanan pangan Indonesia,” tutur Hazairin.

sumber data :
Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

Posting Komentar

3 Komentar

  1. informasi yang sangat bermanfaat :) semoga Kalbar selalu membawa kabar baik untuk Indonesia lewat hasil inovasi daerahnya :)

    BalasHapus
  2. Ini baru keren, intinya asal mau bergerak dan memiliki ide kreatif apapun bisa diwujudkan.

    BalasHapus
  3. semangat perubahan. kerja nyata. :)

    BalasHapus